’’BERMU’AMALAH DALAM MENCARI MA’ISYAH YG HALAL’’
Manusia
sebagai makhluk hidup untuk kelangsungan hidupnya harus bisa memenuhi
kebutuhannya. Allah sebagai pencipta manusia telah menyediakan kebutuhan
manusia terhampar luas di muka bumi ini. Bahkan Allah telah menundukkan segala
sesuatu yang ada di langit dan bumi untuk kepentingan manusia. Meskipun
demikian, karena segala sesuatu yang ada di muka bumi terbagi menjadi dua yaitu
ada yang baik dan ada yang buruk serta Allah telah menghalalkan yang baik dan
mengharamkan yang buruk, maka Allah mensyaratkan agar manusia mengambil yang
baik dan halal serta meninggalkan yang buruk dan haram. Allah telah berfirman:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأَرْضِ
جَمِيعًا...الأية * البقرة ..الأية ٢٩
Dialah yang telah
menciptakan semua yang ada di bumi untuk kalian semua...
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ
سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي لأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ
نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً وَمِنَ النَّاسِ مَن يُجَادِلُ فِي اللَّهِ
بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلا هُدًى وَلا كِتَابٍ مُّنِيرٍ* لقمان ٢٠
Tidakkah kalian memperhatikan bahwa Allah telah
menundukkan untuk (kepentingan) kalian apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang
(keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُواْ
مِمَّا فِي الأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّباً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ *البقرة ١٦٨
Hai
sekalian manusia, makanlah kalian dari (makanan) yang halal lagi baik yang
terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan;
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian.
فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلالا طَيِّبًا
وَاشْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ. النحل ١١٤
Maka
makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepada
kalian, dan syukurilah nikmat Allah jika kalian hanya menyembah kepada-Nya.
Ayat-ayat
di atas memberi petunjuk kepada kita bahwa untuk memenuhi kebutuhan manusia,
Allah telah menyiapkannya di bumi dan memudahkan manusia untuk mendapatkannya.
Surat Al-Baqarah ayat 29 dijadikan dasar oleh para ulama bahwa ”segala sesuatu
dari urusan dunia hukumnya halal kecuali jika ada dalil yang mengharamkannya”
Allah menghendaki setiap manusia mengambil dan memakan
yang halal dan menjauhi segala yang haram maka dari itu Allah telah menjelaskan
melalui lisan Rasul-Nya mana yang halal dan mana yang haram. Perhatikanlah
dalil-dalil dibawah ini:
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا أُحِلَّ لَهُمْ قُلْ أُحِلَّ
لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ .. الأية المائدة ٤
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “apakah yang dihalalkan untuk mereka?”
Katakanlah telah dihalalkan untuk kalian semua yang baik....
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ
الْخَبَائِثَ...الأية الأعراف ١٥٧
Dan Dia menghalalkan untuk mereka semua yang baik dan
mengharamkan kepada mereka semua yang haram....
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ
رَضِي اللَّه عَنْهم قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُورٌ مُشْتَبِهَةٌ
فَمَنْ تَرَكَ مَا شُبِّهَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ كَانَ لِمَا اسْتَبَانَ
أَتْرَكَ وَمَنِ اجْتَرَأَ عَلَى مَا يَشُكُّ فِيهِ مِنَ اْلإِثْمِ أَوْشَكَ أَنْ
يُوَاقِعَ مَا اسْتَبَان رواه البخاري كتاب البيوع
Dari Nu’man bin Basyir, Rasululah saw bersabda:” Yang
halal itu jelas dan yang haram juga jelas, dan di antara keduanya ada perkara-perkara syubhat (yang
belum jelas halal dan haramnya). Maka barangsiapa yang meninggalkan perkara
syubhat yang dimungkinkan termasuk dosa, maka dia lebih meninggalkan terhadap
yang sudah jelas (haram dan dosanya), dan barangsiapa yang berani mengerjakan
perkara syubhat yang dimungkinkan termasuk dosa, maka ia hampir
saja terjatuh ke dalam perkara yang jelas (haram dan dosanya).
فَقَالَ
الْحَلاَلُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ وَالْحَرَامُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ
فِي كِتَابِهِ وَمَا سَكَتَ عَنْهُ فَهُوَ مِمَّا عَفَا عَنْهُ * رواه الترمذي
كتاب الأحكام (تحقيق الألباني : حسن)
Bersabda Nabi saw:” Yang halal adalah apa yang
dihalalkan Allah dalam KitabNya(Quran-hadits) dan yang
harom adalah apa yang diharomkan Allah dalam kitabNya(Quran-hadits), dan yang
tidak disebutkan Allah dalam kitabNya(Quran-hadits), adalah
bagian dari yang Dia
maafkan darinya”.
Penjelasan:
إن قوله - صلى الله عليه وسلم -: ((الحلال ما أحل الله
في كتابه ... )) إلخ، ليس مقصورًا على القرآن فقط، بل إن لفظ: ((الكتاب)) يشمل
جميع ما أوحي إِلَى النَّبِيِّ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسلم - من القرآن والسنة
معًا؛ لأن ما أوحي إليه - صلى الله عليه وسلم - نوعان: أحدهما: وحي يتلى، والآخر:
وحي لا يتلى كما نقل ذلك الدكتور عبد الغني عبد الخالق عن البيهقي.
انظر "حجية السنة" (ص٤٧٩) .التفسير من سنن
سعيد بن منصور فضائل القرآن ج ٢ ص ٣٢٧
Sesungguhnya
sabda nabi:.......” fi kitabihi” itu tidak terbatas pada al Quran saja,akan
tetapi lafal al kitab itu meliputi semua yang diwahyukan kepada Nabi saw
terdiri dari al Quran dan al sunah bersama-sama, karena sesungguhnya yang
diwahyukan itu ada dua macam yaitu : 1. Wahyu yang dibacakan dan 2. Wahyu yang
tidak dibacakan sebagaimana yang telah dinukil oleh Dr. Abdul Ghony Abdul
Kholik dari al Baihaqy. Lihatlah kitab Hujiyatu-as sunah halaman 479. Tafsir
Sunan Said bin Manshur Bab Fadhoil-al Quran jilid 2 halaman 327.
اْلأَصْلُ فِى الْمُعَامَلاَتِ
اْلإِبَاحَةُ إِلاَّ أَنْ يَدُلَّ دَلِيْلٌ عَلَى تَحْرِيْمِهَا * قاعدة الفقهية
Pada dasarnya semua bentuk muamalah itu
diperbolehkan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.
GADAIAN
Beberapa dalil al-Quran dan
al-Hadits yang menjelaskan secara implisit mengenai akad rahn adalah
berikut ini:
QS. Al
Baqarah (2) ayat 283:
﴿ وَإِنْ
كُنْتُمْ عَلَى سَفَرٍ وَلَمْ تَجِدُوا كَاتِبًا فَرِهَانٌ مَقْبُوضَةٌ...الاية﴾
Jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak memperoleh
seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang.
HR.
Bukhari, Kitab Ar-Rahn:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اشْتَرَى طَعَامًا مِنْ يَهُودِيٍّ إِلَى أَجَلٍ
فَرَهَنَهُ دِرْعَهُ *(صحيح البخاري)
Dari Aisyah, sesungguhnya Nabi saw membeli makanan secara
tidak tunai dari seorang Yahudi dengan menggadaikan baju besinya.
HR.
Malik, Kitab Al Aqdiyat:
عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يَغْلَقُ الرَّهْنُ
قَالَ مَالِكٌ وَتَفْسِيرُ ذَلِكَ فِيمَا نُرَى وَاللهُ أَعْلَمُ أَنْ يَرْهَنَ
الرَّجُلُ الرَّهْنَ عِنْدَ الرَّجُلِ بِالشَّيْءِ وَفِي الرَّهْنِ فَضْلٌ عَمَّا
رُهِنَ بِهِ فَيَقُولُ الرَّاهِنُ لِلْمُرْتَهِنِ إِنْ جِئْتُكَ بِحَقِّكَ إِلَى
أَجَلٍ يُسَمِّيهِ لَهُ وَإِلاَّ فَالرَّهْنُ لَكَ بِمَا رُهِنَ فِيهِ*
Dari Said bin Musayyab, sesungguhnya Rasululah saw
bersabda:” Barang jaminan tidak berpindah hak” Malik berkata: menurut
pendapatku, dan Alloh lebih mengetahui (kebenarannya), penjelasannya adalah
bahwa seorang lelaki yang meminjam (rahin) sesuatu dengan memberikan barang
jaminan kepada orang lain (murtahin), dimana barang jaminannya itu memiliki
nilai lebih daripada pinjamannya, maka Rahin berkata kepada Murtahin: Jika aku
dapat mengembalikan pinjaman darimu pada waktu yang ditentukan (maka barang
jaminan tersebut dikembalikan kepadaku), dan bila tidak maka barang jaminan ini
menjadi milikmu sebab apa-apa yang menjaminkan aku di
dalam jaminan .
UTANGAN
كل قرض جر نفعا فهو ربا
Semua utang yang mengambil manfaat, maka ia termasuk riba.
وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ
فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُونَ
Dan jika (orang yang berutang) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai ia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang)
itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
MUDHAROBBAH.
HR. Nasai
أَخْبَرَنَا
عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ طَارِقٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ
الْمُسَيَّبِ قَالَ
لا بَأْسَ بِإِجَارَةِ الأَرْضِ
الْبَيْضَاءِ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَقَالَ إِذَا دَفَعَ رَجُلٌ إِلَى رَجُلٍ
مَالا قِرَاضًا فَأَرَادَ أَنْ يَكْتُبَ عَلَيْهِ بِذَلِكَ كِتَابًا كَتَبَ هَذَا
كِتَابٌ كَتَبَهُ فُلانُ بْنُ فُلَانٍ طَوْعًا مِنْهُ فِي صِحَّةٍ مِنْهُ
وَجَوَازِ أَمْرِهِ لِفُلانِ بْنِ فُلَانٍ أَنَّكَ دَفَعْتَ إِلَيَّ مُسْتَهَلَّ
شَهْرِ كَذَا مِنْ سَنَةِ كَذَا عَشَرَةَ آلافِ دِرْهَمٍ وُضْحًا جِيَادًا وَزْنَ
سَبْعَةٍ قِرَاضًا عَلَى تَقْوَى اللَّهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ وَأَدَاءِ
الأَمَانَةِ عَلَى أَنْ أَشْتَرِيَ بِهَا مَا شِئْتُ مِنْهَا كُلَّ مَا أَرَى أَنْ
أَشْتَرِيَهُ وَأَنْ أُصَرِّفَهَا وَمَا شِئْتُ مِنْهَا فِيمَا أَرَى أَنْ
أُصَرِّفَهَا فِيهِ مِنْ صُنُوفِ التِّجَارَاتِ وَأَخْرُجَ بِمَا شِئْتُ مِنْهَا
حَيْثُ شِئْتُ وَأَبِيعَ مَا أَرَى أَنْ أَبِيعَهُ مِمَّا أَشْتَرِيهِ بِنَقْدٍ
رَأَيْتُ أَمْ بِنَسِيئَةٍ وَبِعَيْنٍ رَأَيْتُ أَمْ بِعَرْضٍ عَلَى أَنْ أَعْمَلَ
فِي جَمِيعِ ذَلِكَ كُلِّهِ بِرَأْيِي وَأُوَكِّلَ فِي ذَلِكَ مَنْ رَأَيْتُ
وَكُلُّ مَا رَزَقَ اللَّهُ فِي ذَلِكَ مِنْ فَضْلٍ وَرِبْحٍ بَعْدَ رَأْسِ
الْمَالِ الَّذِي دَفَعْتَهُ الْمَذْكُورِ إِلَيَّ الْمُسَمَّى مَبْلَغُهُ فِي
هَذَا الْكِتَابِ فَهُوَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ نِصْفَيْنِ لَكَ مِنْهُ النِّصْفُ
بِحَظِّ رَأْسِ مَالِكَ وَلِي فِيهِ النِّصْفُ تَامًّا بِعَمَلِي فِيهِ وَمَا
كَانَ فِيهِ مِنْ وَضِيعَةٍ فَعَلَى رَأْسِ الْمَالِ فَقَبَضْتُ مِنْكَ هَذِهِ
الْعَشَرَةَ آلَافِ دِرْهَمٍ الْوُضْحَ الْجِيَادَ مُسْتَهَلَّ شَهْرِ كَذَا فِي
سَنَةِ كَذَا وَصَارَتْ لَكَ فِي يَدِي قِرَاضًا عَلَى الشُّرُوطِ الْمُشْتَرَطَةِ
فِي هَذَا الْكِتَابِ أَقَرَّ فُلَانٌ وَفُلَانٌ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يُطْلِقَ
لَهُ أَنْ يَشْتَرِيَ وَيَبِيعَ بِالنَّسِيئَةِ كَتَبَ وَقَدْ نَهَيْتَنِي أَنْ
أَشْتَرِيَ وَأَبِيعَ بِالنَّسِيئَةِ
Artinya:
Telah
mengabarkan kepada kami 'Ali bin Hujr telah menceritakan kepada kami Syarik
dari Thariq dari Sa'id bin Al Musayyab, dia berkata; "Tidak mengapa
menyewakan tanah kosong dengan upah emas atau perak." Dia juga berkata;
"Jika seseorang membayar harta kepada orang lain dengan qirod (pemberian
modal untuk berdagang dengan memperoleh bagian laba) dan dia ingin
menuliskannya dalam surat lalu dia menulis; Ini adalah surat yang ditulis oleh
fulan bin fulan dengan kerelaan darinya dalam keadaan sehat dan lisensinya
untuk Fulan bin Fulan, bahwa engkau telah menyerahkan kepadaku pada permulaan
bulan dari tahun ini, sebanyak sepuluh ribu dirham secara jelas dan baik dengan
berat tujuh qiradh atas dasar ketakwaan kepada Allah baik dalam keadaan
tersembunyi ataupun terang-terangan, serta menunaikan amanah agar saya membeli
dengannya menurut kehendakku segala apa yang ingin saya beli, dan aku akan
mengaturnya sekiranya saya pandang perlu untuk mengaturnya dari berbagai jenis
perdagangan, dan akan aku keluarkan apa yang saya kehendaki kemana saja yang
saya kehendaki dan menjual apa yang ingin saya jual dari barang yang telah saya
beli, baik secara kontan atau kredit, baik dengan uang atau dengan barang
dengan dasar saya mengerjakan semua itu sesuai pendapatku, dan saya akan
mewakilkan dalam itu kepada orang yang kehendaki, dan setiap apa yang
dirizqikan Allah dalam hal itu berupa kelebihan dan keuntungan diluar modal
tersebut yang telah engkau serahkan kepadaku yang tertera banyaknya, didalam
surat ini, maka hal itu dibagi antara saya dan engkau menjadi dua bagian,
untukmu setengah sesuai dengan bagian modalmu, dan untukku setengah sesuai
dengan pekerjaanku secara penuh, jika ada sesuatu yang hilang maka hal itu
menjadi tanggungan modal. Saya terima sebanyak sepuluh ribu dirham secara jelas
dan baik pada permulaan bulan ini pada tahun ini, dan menjadi qiradh milikmu
yang ada padaku dengan persyaratan yang tercantum dalam surat ini. Telah
menyatakan Fulan dan Fulan. Jika ia ingin membebaskannya untuk membeli dan
menjual secara kredit, maka ia menulis; dan engkau telah melarangku untuk
membeli dan menjualnya dengan kredit." (Kedudukan
hadits menurut Al Bani: dhaiful isnad maqthu’. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani:
Thariq bin ‘Abdur Rahman orangnya shaduuq, punya keragu-raguan; sedangkan
Syarik bin ‘Abdullah bin Abi Syarik orangnya shaduuq, terdapat kesalahan ).
HR. Muwatha’
Malik No. 1195:
حَدَّثَنِي مَالِك
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ قَالَ خَرَجَ عَبْدُ اللَّهِ
وَعُبَيْدُ اللَّهِ ابْنَا عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي جَيْشٍ إِلَى الْعِرَاقِ
فَلَمَّا قَفَلَا مَرَّا عَلَى أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ وَهُوَ أَمِيرُ
الْبَصْرَةِ فَرَحَّبَ بِهِمَا وَسَهَّلَ ثُمَّ قَالَ لَوْ أَقْدِرُ لَكُمَا عَلَى
أَمْرٍ أَنْفَعُكُمَا بِهِ لَفَعَلْتُ ثُمَّ قَالَ بَلَى هَاهُنَا مَالٌ مِنْ
مَالِ اللَّهِ أُرِيدُ أَنْ أَبْعَثَ بِهِ إِلَى أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ
فَأُسْلِفُكُمَاهُ فَتَبْتَاعَانِ بِهِ مَتَاعًا مِنْ مَتَاعِ الْعِرَاقِ ثُمَّ
تَبِيعَانِهِ بِالْمَدِينَةِ فَتُؤَدِّيَانِ رَأْسَ الْمَالِ إِلَى أَمِيرِ
الْمُؤْمِنِينَ وَيَكُونُ الرِّبْحُ لَكُمَا فَقَالَا وَدِدْنَا ذَلِكَ فَفَعَلَ
وَكَتَبَ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَنْ يَأْخُذَ مِنْهُمَا الْمَالَ
فَلَمَّا قَدِمَا بَاعَا فَأُرْبِحَا فَلَمَّا دَفَعَا ذَلِكَ إِلَى عُمَرَ قَالَ
أَكُلُّ الْجَيْشِ أَسْلَفَهُ مِثْلَ مَا أَسْلَفَكُمَا قَالَا لَا فَقَالَ عُمَرُ
بْنُ الْخَطَّابِ ابْنَا أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ فَأَسْلَفَكُمَا أَدِّيَا
الْمَالَ وَرِبْحَهُ فَأَمَّا عَبْدُ اللَّهِ فَسَكَتَ وَأَمَّا عُبَيْدُ اللَّهِ
فَقَالَ مَا يَنْبَغِي لَكَ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ هَذَا لَوْ نَقَصَ هَذَا
الْمَالُ أَوْ هَلَكَ لَضَمِنَّاهُ فَقَالَ عُمَرُ أَدِّيَاهُ فَسَكَتَ عَبْدُ
اللَّهِ وَرَاجَعَهُ عُبَيْدُ اللَّهِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ جُلَسَاءِ عُمَرَ يَا
أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ لَوْ جَعَلْتَهُ قِرَاضًا فَقَالَ عُمَرُ قَدْ جَعَلْتُهُ
قِرَاضًا فَأَخَذَ عُمَرُ رَأْسَ الْمَالِ وَنِصْفَ رِبْحِهِ وَأَخَذَ عَبْدُ
اللَّهِ وَعُبَيْدُ اللَّهِ ابْنَا عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ نِصْفَ رِبْحِ
الْمَالِ
Artinya:
Telah
menceritakan kepadaku Malik dari Zaid bin Aslam dari Bapaknya ia berkata;
"Abdullah dan Ubaidullah, keduanya anak Umar bin Khattab, pernah bergabung
dalam sebuah pasukan menuju Irak. Tatkala kembali, mereka berdua melewati Abu
Musa Al Asy'ari yang pada saat itu menjadi gubernur Bashrah. Abu Musa kemudian
menyambut keduanya dengan senang hati seraya berkata; "Sekiranya aku bisa
memberikan sesuatu yang dapat bermanfaat kepada kalian di hari kemudian,
niscaya akan aku lakukan." Abu Musa berkata lagi,"Oh ya, ini ada
harta dari harta Allah, saya ingin menyerahkannya kepada Amirul Mukminin, saya
pinjamkan harta ini kepada kalian berdua sehingga kalian bisa berbelanja barang
dagangan di Irak dan menjualnya kembali sesampai di Madinah. Nanti serahkanlah
modalnya kepada Amirul Mukiminin, dan keuntungannya untuk kalian berdua. Mereka
berdua berkata; 'Kami senang dengan hal itu.' Maka Abu Musa melakukannya dan
menulis pesan untuk Amirul Mukminin agar dia mengambil harta darinya yang
dititipkan kepada kedua anaknya. Tatkala mereka berdua tiba (di Madinah) mereka
menjual dagangannya hingga mendapatkan keuntungan. Namun tatkala hendak
menyerahkan harta tersebut kepada 'Umar, Umar bertanya; 'Apakah Abu Musa
meminjami setiap pasukan sebagaimana dia meminjamkannya kepada kalian berdua? '
Mereka berdua menjawab; 'Tidak'. Umar bin Khattab berkata; 'Jadi karena kalian
anak dari Amirul Mukminin sehingga dia meminjamkannya?! Serahkan semua harta
serta keuntungannya! ' Mendengar hal itu, Abdullah hanya bisa diam. Sedangkan
Ubaidullah berkata; 'Tidak sepatutnya engkau bersikap demikian, wahai Amirul
Mukminin, bukankah jika harta itu berkurang atau hilang, kami harus
menanggungnya? ' Umar masih bersikukuh; 'Serahkan, ' Abdullah juga masih terus
diam, sedang Ubaidullah masih terus berusaha mendesaknya. Lalu ada seorang
lelaki yang berada di majelis itu berusaha untuk menengahi dan berkata; 'Wahai
Amirul Mukminin, bagaimana jika harta itu engkau pinjamkan kepada mereka
berdua? ' 'Aku telah meminjamkannya kepada mereka berdua', jawab Umar bin
Khattab. Kemudian Umar mengambil harta itu ditambah setengah dari keuntungan,
sedang Abdullah dan Ubaidullah juga mendapat setengah dari keuntungan."
HR. Muwatha’
Malik No. 1196:
و حَدَّثَنِي
مَالِك عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ
عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ أَعْطَاهُ مَالًا قِرَاضًا يَعْمَلُ فِيهِ عَلَى أَنَّ
الرِّبْحَ بَيْنَهُمَا
Artinya:
Telah
menceritakan kepadaku Malik dari Al 'Ala` bin Abdurrahman dari Bapaknya dari
Kakeknya bahwa Utsman bin Affan pernah memberinya pinjaman harta untuk
berdagang dengan persyaratan; untungnya dibagi antara mereka berdua.
روى ابن عباس رضى
الله عنه قَالَ كَانَ سَيِّدُنَا اْلعَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ اْلمُطَلِّبِ إِذَا
دَفَعَ اْلمَالَ مُضَارَبَةً اشْتَرَطَ عَلَى صَاحِبِهِ أَنْ لاَ يَسْلُكَ بِهِ
بَحْرًا وَلاَ يَنْزِلَ بِهِ وَادِيًا وَلاَ يَشْتَرِيَ بِهِ دَابَّةً ذَاتَ
كَبِدٍ رَطْبَةٍ فَإِنْ فَعَلَ ذَلِكَ ضَمَنَ فَبَلَغَ شَرْطُهُ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاَجَازَهُ *
Diriwayatkan dari
Ibnu Abbas ra, berkata ia: ada Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib ketika
menyerahkan hartanya sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharibnya
agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli
hewan ternak. Jika persyaratannya dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung risikonya.
Maka sampai persyaratan itu kepada Rasululah saw, dan beliau memperbolehkannya.
(HR Thabrani)
MURABBAHAH
Beberapa dalil dalam al-Quran dan al-Hadits yang menjelaskan tentang transaksi jual-beli murabahah :
1. QS. Al Baqarah ayat 275:
... وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ...
Dan Alloh telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
2. HR. Bukhari, Kitab Al Buyu’:
عَنْ مُحَمَّدٍ لاَ بَأْسَ
الْعَشَرَةُ بِأَحَدَ عَشَرَ وَيَأْخُذُ لِلنَّفَقَةِ رِبْحًا وَقَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِهِنْدٍ خُذِي مَا يَكْفِيكِ وَوَلَدَكِ
بِالْمَعْرُوفِ (صحيح البخاري)
Dari Muhammad,
tidak bahaya (menjual harga) sepuluh dengan sebelas, dan dia mengambil untung
sebagai nafkah. Dan bersabda Nabi saw kepada Hindun:” Mengambillah engkau pada
apa-apa yang mencukupi bagimu dan anak mu dengan sesuatu yang baik.”
3. HR.
Bukhari, Kitab Al Buyu’:
عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ
رَضِي اللَّه عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا
فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَتَمَا
وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا *(صحيح البخاري)
Dari Hakim bin Hizam berkata ia, bersabda Rasululah saw:” Dua orang yang
berjual beli itu berhak memilih selama keduanya belum berpisah”, atau beliau
bersabda:” Sehingga keduanya berpisah.” Jika keduanya jujur dan terus-terang,
maka keduanya mendapat berkah dalam jual-belinya. Jika keduanya menyembunyikan
dan berdusta maka dihapuslah berkah jual-belinya itu.”
4. HR. Ibnu
Majah:
عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ
يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا الْبَيْعُ عَنْ تَرَاضٍ (سنن ابن ماجة، تحقيق الألباني : صحيح)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka
sama suka.
MUSYARAKAH
Syirkah merupakan akad yang diperbolehkan
berdasarkan Al Qur’an dan Al Hadits.Beberapa dalil dalam al-Quran dan al-Hadits yang menjelaskan secara
implisit syirkah tersebut di
bawah ini.
1. QS. Shaad
(38) ayat 24:
﴿...وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ
عَلَى بَعْضٍ إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَا
هُمْ …﴾
Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang yang berserikat
itu niscaya berbuat aniaya sebagian mereka kepada sebagian, kecuali orang-orang
beriman dan mengerjakan kebaikan, dan mereka itu sedikit.
2. HR
Abu Dawud Kitab Al Buyu’ dari Abu Hurairah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ قَالَ إِنَّ اللهَ يَقُولُ
أَنَا ثَالِثُ الشَّرِيكَيْنِ مَا لَمْ يَخُنْ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ فَإِذَا
خَانَهُ خَرَجْتُ مِنْ بَيْنِهِمَا * (تحقيق الألباني : ضعيف)
Dari Abu Hurairah, bersabda Nabi saw:” Sesungguhnya Alloh
berfirman:” Aku adalah orang yang ketiga dari dua orang yang bersyirkah, selama
tidak mengkhianati salah satu dari keduanya pada saudaranya. Maka ketika ia
mengkhianati pada saudaranya, maka Aku keluar dari syirkah mereka berdua.”
3. HR
Nasai dari Abdullah bin Mas’ud:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ اشْتَرَكْتُ
أَنَا وَعَمَّارٌ وَسَعْدٌ يَوْمَ بَدْرٍ فَجَاءَ سَعْدٌ بِأَسِيرَيْنِ وَلَمْ
أَجِئْ أَنَا وَلَا عَمَّارٌ بِشَيْءٍ (سنن النسائي، تحقيق الألباني : ضعيف)
Dari
Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata: “Saya bersyirkah dengan ‘Ammar dan Sa’ad
dalam hasil yang kami peroleh pada Perang Badar. Kemudian Sa’ad datang dengan
membawa dua orang tawanan, sedangkan saya dan ‘Ammar datang dengan tidak
membawa apa-apa”